Senin, 24 September 2012

Dasar-Dasar Penerbitan Majalah Sekolah

Media Baru Industri Penerbit Posted on 17 Februari 2012. Filed under: Apa&Siapa | Industri penerbit menjadi medium pembelajaran efektif. Posisinya sangat fundamental karena industri yang paling bertahan lama. Peran industri penerbit untuk pembelajaran tidak hanya mentransfer pengetahuan, tetapi juga menginspirasi yang memotivasi bagi siapa pun. Namun, kebiasaan tulis-menulis dalam pelbagai industri penerbit bagi masyarakat akademisi atau masyarakat umum di Tanah Air dianggap terbilang rendah — jika dibandingkan dengan negara di kawasan Asia, seperti Jepang, Korea dan India. Apakah media baru dalam perkembangan industri penerbit akan memunculkan peningkatan kepesatan penulisan? Media baru industri penerbit dalam perspektif komunikasi massa memiliki misi. Konsep misi bukan hanya berorientasi pada kendala penulisan pada industri penerbit, melainkan juga memiliki cara cerdas dan cepat mengatasi kendala penerbitan. Orientasi ini juga berkenaan dengan strategi dan teknik industri penerbit yang layak atau sesuai dengan standar industri penerbit. Bukan hanya penyajian yang berlandaskan pada pertimbangan-pertimbangan naskah layak terbit dari sisi penulis, kualitas tulisan, dan tema, melainkan juga cara bagaimananya menyiasati perjalanan sebuah naskah masuk dan keluar dari dalam industri penerbit. Sebulan sekali per menit Teknologi informasi dan komunikasi berkembang pesat. Ia mengubah pola dan perilaku periode kerja industri secara signifikan. Pada zaman rintisan penerbit sebagai perpanjangan tangan — seperti yang dikatakan oleh Marshall McLuhan — tak terbayangkan tatkala di kemudian hari rintisan penerbit menjadi industri. Dahulu penerbit menyebut diri menggunakan pola media lama. Pola terbit media cetak seperti majalah dan buku, misalnya cenderung dimulai hanya sebulan sekali. Saat ini penerbit yang menyebut diri sebagai media baru memiliki pola bisnis yang sangat berbeda. Ia dikelola dalam hitungan per menit. Seiring terjadinya revolusi teknologi dalam teknologi informasi dan komunikasi, maka teknik cetak-mencetak ikut tertantang. Ada tuntutan kreasi dan inovasi terhadap keberadaan media komunikasi yang semakin beragam. Upaya menyiasati penerbitan dalam hitungan menit ditambah dengan kian beragam media komunikasi, mau tak mau organisasi industri penerbit disesuaikan. Kelumrahan menurut hitung-menghitung kelayakan terbit 3.000 eksemplar menurun drastis. Boleh saja cetakan hanya mengeluarkan buku sejumlah tiga eksemplar. Meski berbeda di atas kertas dalam hitungan rupiahnya, tiras tinggi tak lagi prioritas. Justru pengaruhnya pada nilai rupiah yang disesuaikan. Organisasi menjadi satu pintu, entah masuk entah keluar untuk memahami sebuah lembaga yang bekerja, yang berperan dan yang berfungsi optimal. Peran dan fungsi dalam penguasaan teknologi informasi dan komunikasi secara nasional pernah dijalani sejak 1963 oleh kelompok penerbit Gramedia. Sebagai ilustrasi dari kelahiran dan perkembangan perdananya melalui penerbitan majalah bulanan Intisari, ia melanjutkan penerbitan novel “Karmila” oleh Marga T. Kembali pada perihal penerbit sebagai perpanjangan tangan yang saling mendukung, maka embrio penerbitan juga sekaligus ditangkap melalui misi dan visi Gramedia. Gramedia didirikan oleh pelaku sejarah awal seperti yang terukir sebagai batu monumen dalam prasasti tinta emas. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa bisnis teknologi informasi dan komunikasi pada industri penerbit berkembang pesat. Lewat pemahaman tentang sejarah Gramedia itu misalnya dapat juga dicermati integritas korporasi dan relasi antarpersonal. Manakala orientasi teori manajeman dan organisasi menjadi sangat tidak jelas, maka lewat sejarah tercermin bahwa organisasi dihadapkan pada berbagai pilihan prioritas. Skala prioritas mengiringi perkembangan ekonomi, sosial, budaya atau politik nasional. Urgensinya, bukan saja Gramedia melalui Kompas berkiprah selama puluhan tahun, melainkan juga lebih dari itu, sampai saat ini mampu melewati hampir seluruh sejarah negeri gemah ripah loh jinawi. Sejak 0rde lama, orde baru, orde reformasi hingga orde digitalisasi melahirkan penerbitan dan pencetakan yang berfokus pada publikasi dengan informasi dan komunikasi. Konon media baru industri penerbit diawali dengan buku sebagai jendela dunia dan diakhiri dengan grup korporasi yang menopang industri penerbit. Sebuah buku sebagai industri penerbit memiliki bagian-bagian secara detail dari halaman depan hingga halaman belakang. Bagian-bagian tersebut memiliki nama dan fungsi. Anatomi buku (book anatomy) sebagai istilah yang menyebut fungsi dan nama-nama halaman pada buku. Anatomi halaman (anatomy of page) mengurai nama dan fungsi elemen-elemen dalam perwajahan (layout) suatu halaman. Di antaranya menentukan bagian mana dari suatu halaman yang disebut golden section atau bagian paling mudah memperoleh sorotan mata saat halaman dibuka, termasuk teknis peletakan margin halaman agar sebuah buku tidak gampang dibajak oleh pembaca dengan memfotokopi. Anatomi huruf (anatomy of type) diperlukan untuk mengenali dan memilih huruf yang tepat digunakan sebagai huruf cetak dan huruf display. Bagaimana mengenali huruf yang memiliki keterbacaan yang baik pada paragraf yang memiliki lebar kolom tertentu? Buku Industri penerbit pada jenis produk buku dimulai pada 1974. Unit bisnis PT Gramedia Pustaka Utama (GPU) didirikan sebagai penerbit buku umum. Buku pertama yang diterbitkan berupa novel Karmila karya Marga T., sebelumnya merupakan cerita bersambung dari harian Kompas. Produk penerbitan buku GPU mendapatkan respons pembaca, maka usaha penerbit buku merambah ke berbagai segmen, seperti buku anak-anak, novel, resep makanan, buku nonfiksi (seri manajemen, budaya, filsafat, sains, buku perguruan tinggi). Untuk menjawab kebutuhan masyarakat yang semakin berkembang terkait dengan beragam jenis buku, pada 15 Januari 1985 didirikan unit usaha khusus untuk menerbitkan buku-buku elektronik, buku komputer, yang kemudian juga merambah ke buku-buku komik, yaitu PT Elexmedia Komputindo. Khusus untuk buku-buku ajar perguruan tinggi hingga prasekolah, khususnya untuk pendidikan dasar dan menengah, pada 20 September 1990 didirikan penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo). Kemudian pada 1 Juni 1996 didirikan Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), dan Penerbit Buku Kompas, yang antara lain mempublikasikan kembali tulisan-tulisan yang pernah dimuat dari harian Kompas. Akan tetapi, media baru pada sebuah buku mengalami perubahan mendasar. Dalam grup penerbitan perubahan terasa pada penyusunan urutan halaman beserta isi pernyataan yang berkaitan dengan faktor teknis pencetakan. Di dalam percetakan, sebuah buku/majalah/koran yang dicetak dalam satuan yang disebut kateren (istilah yang diadopsi dari bahasa Belanda) yang berisi 16 halaman bolak balik. Petugas percetakan meletakkan posisi setiap halaman dalam susunan yang tepat pada saat dicetak pada lembaran kertas plano (berukuran lebar); penyusunan halaman ini disebut imposition. Sebagai contoh: Sisi depan berisi halaman : 1; 4,5 ; 8,9 ; 12,13 ; dan 16 Sisi belakang berisi halaman : 2,3 ; 6,7 ; 10,11 ; 14,15 Kondisi in yang menyebabkan sistem cetak buku membuat tradisi nama bagian-bagian halaman dianut hingga kini. Mengingat pencetakan bersifat industri, ketika kecepatan, kualitas dan efisiensi menjadi nomor satu, apabila ada penyimpangan di luar patokan kerja akan memungkinkan terjadi kekeliruan fatal dalam penyusunan halaman yang berakibat kegagalan sebuah proses percetakan

.


 Dalam buku yang berjudul Breaking the Rules in Grafis Design, penulis sekaligus pakar desain grafis dari Thailand, Supon Phornirunlit menyatakan, “Seseorang harus mengenal aturan terlebih dulu, sebelum ia melanggar.” Supon Phornirunlit, Breaking the Rules in Grafis Design Berikut ini garis besar anatomi sebuah buku yang dicetak yang dikelompokkan dua bagian. Bagian luar buku meliputi cover atau sampul depan, tulisan/judul punggung, judul kuping dan cover belakang. Bagian dalam buku meliputi praisi/voorwerk/assalamualaikum/preliminaries, text matter (materi atau isi) dan pascaisi atau postliminaries. Adapun bagian-bagian dan fungsinya sebagai berikut. Cover Depan Judul Utama (book title), anak judul (secondary book title), nama penulis atau penulis, ilustrasi/gambar/foto, dan logo penerbit. Contoh judul utama: ”Dasar-Dasar Penerbitan Majalah Sekolah” Cover depan sebuah buku dimaksudkan sebagai pendukung daya tarik, eye-catching. Ia mewakili isi buku, bahkan mencitrakan diri yang lebih baik. Desain cover kadang mampu membuat teka-teki yang membuat pembaca jadi penasaran dan berhasrat membeli/membaca. Desain cover sebagai wajah utama sebuah buku ketika digelar (display face up atau menghadap ke depan). Tulisan/Judul Punggung Memuat nama penerbit, judul buku, dan penulis atau penulis plus logo. Tulisan punggung ini berfungsi sama dengan cover depan. Ia menjadi informasi bagi calon pembaca ketika buku di-display pada posisi miring atau diletakkan di rak. Judul Kuping Menambah bobot isi yang memuat informasi detail, seperti biografi singkat penulis, kutipan pendapat/komentar/testimoni. Fungsi lain juga sebagai pembatas buku. Cover Belakang Sampul/cover belakang untukmengimbangi kekuatan sampul atau cover depan. Sampul belakang diposisikan sama penting dengan sampul depan karena ia merupakan kulit luar sebuah buku. Umumnya memuat sinopsis, biografi singkat penulis, testimoni/endorsement, nama dan alamat penerbit, kode bar (barcode) dan International Series Book Number (ISBN) atau memuat informasi penting lain sehubungan dengan isi buku. Bagian luar dari buku menjadi daya tarik utama, terlebih ketika buku dikemas dalam pembungkus plastik manakala pembeli tidak dapat melihat-lihat bagaimana isi buku tersebut sebelum ia memilikinya. Seringkali pembeli menentukan untuk membeli atau tidak sebuah buku menurut tampilan sampul atau cover buku. Preliminaries Preliminaries memuat bagian-bagian depan dari sebuah buku sebelum mencapai bagian isi. Penjelasannya sebagai berikut. Halaman Perancis (france title) Halaman terdepan setelah cover. Letaknya selalu di sebelah kanan, halaman ini berisi judul buku saja. Memuat judul buku secara lebih atraktif, mencolok, menarik dibanding judul perancis. Selain judul buku, halaman ini juga memuat nama penulis serta nama dan alamat penerbit. Halaman hak cipta (copyright notice), Halaman persembahan (dedication), biasanya ditujukan kepada siapa penulis itu berkarya. Memuat judul buku secara lebih atraktif, menyolok, menarik dibanding judul perancis. Selain judul buku, halaman ini juga memuat nama penulis serta nama dan alamat penerbit. Halaman hak cipta (copyright notice) Halaman persembahan (dedication), biasanya ditujukan kepada siapa penulis itu berkarya. Periklanan COVER IV Iklan Corporate advertising menjadi unit yang mengembangkan pasar iklan, mengembangkan produk/paket iklan, dengan membuat paket dari proposal iklan terpadu (integrated marketing communication) untuk mengoptimalkan semua saluran komunikasi yang dimiliki oleh grup Gramedia. Termasuk memberikan layanan purnajual yang terbaik, khususnya top 12 agensi yang memiliki billing iklan terbesar. Semua itu dilakukan melalui sinergi dengan semua jaringan yang bertujuan akhir meningkatkan revenue. Pasalnya, bisnis media bergerak ke arah sinergi. Di antara grup media yang ada Indonesia, grup Gramedia memiliki keragaman dan jaringan yang disamakan dengan News Corporation di luar negeri. Saat ini, grup Gramedia memiliki media yang terdiri dari surat kabar nasional (2), surat kabar jaringan pers daerah (16), majalah dan tabloid (46), radio (jaringan Sonora di sembilan kota dan Motion Radio), online (Kompas.com & versi online dari beberapa media cetak), toko buku (96 toko buku Gramedia di 25 kota), percetakan(10 percetakan di seluruh Indonesia), hotel (17 jaringan hotel Santika dan Amaris), pabrik tisu Tessa (Graha Kerindo Utama) dan event organizer (Dyandra dan Radyatama). Peran corporate advertising untuk melakukan integrasi semua kekuatan yang dimiliki oleh grup Gramedia, baik unit bisnis media maupun unit bisnis lain dengan melakukan cross selling dan program komunikasi pemasaran terpadu (integrated marketing communication). Kondisi eksternal saat ini selalu bergerak atas nama korporasi.Hal itu membuat grup Gramedia merapatkan barisan, khususnya unit iklan. Diperlukan strategi untuk mengantisipasi kondisi persaingan saat ini. Salah satu strategi untuk memenangkan persaingan dalam jangka panjang melalui tuntutan pada unit iklan bukan hanya menciptakan paket iklan kreatif, melainkan juga mengoptimalkan penggunaan bauran media (media mix). Jadi, paket-paket iklan melibatkan toko buku Gramedia, hotel Santika atau bahkan Graha Kerindo Utama dengan tisu Tessa. Corporate advertising juga menciptakan pasar baru bukan hanya menempel pada pasar yang sudah ada sebelumnya, melainkan juga corporate advertising harus mampu menerjemahkan kebutuhan pengiklan untuk melakukan aktivitas promosi, baik media konvensional seperti di-print maupun aktivasi merek (brand activation)bagi pengiklan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar